Friday 31 May 2013
Sunday 19 May 2013
PERKEMBANGAN ISLAM PADA MASA MODERN
A. Sekilas
tentang Dunia Islam pada Masa Modern
Masa pembaharuan (modern) bagi dunia Islam adalah masa yang dimulai dan
tahun 1800 M sampai sekarang. Masa pembaharuan ditandai dengan adanya kesadaran
umat Islam terhadap kelemahan dirinya dan adanya dorongan untuk memperoleh
kemajuan dalam berbagai bidang, khususnya dalam bidang ilmu pengetahuan dan
teknologi. Pada masa pembaharuan ini, telah muncul tokoh tokoh pembaharu dan
pemikir Islam di berbagai negara Islam. Pada awal masa pembaharuan, kondisi dunia Islam,
secara politis berada dibawah penetrasi kolonialisme. Baru pada pertengahan
abad ke-20 M, dunia Islam bangkit memerdekakan negaranya dan penjajahan bangsa
Barat (Eropa).
Di antara negara-negara Islam atau negara-negara berpenduduk mayoritas umat
Islam, yang memerdekakan dirinya dari penjajahan, seperti :
o Indonesia, memperoleh kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945.
o Pakistan pada tanggal 15 Agustus 1947.
o Mesir secara formal memperoleh kemerdekaan dari Inggris tahun 1922 M.
Namun, bangsa Mesir baru merasa benar-benar merdeka pada tanggal 23 Juli 1952,
yakni setelah Jamal Abdul Nasir menjadi penguasa, karena dapat menggulingkan
Raja Faruq yang dalam masa pemerintahannya pengaruh Inggris sangat besar.
o Irak merdeka secara formal dari penjajah Inggris tahun 1932 M, tetapi
sebenarnya baru benar-benar merdeka tahun 1958 M.
o Syria dan Libanon, merdeka dari penjajah Prancis tahun 1946 M.
o Beberapa negara di Afrika merdeka dari penjajah Prancis, seperti Lybia
tahun 1951 M, Sudan dan Maroko tahun 1956 M, dan Aijazair tahun 1962 M.
o Di Asia Tenggara, negara-negara yang berpenduduk mayoritas Islam, yang
merdeka dari penjajah Inggris adalah Malaysia tahun 1957 M dan Brunei
Darussalam tahun 1984 M.
o Di Asia Tengah, negara-negara yang merdeka dari Uni Soviet tahun 1992 M
adalah Uzbekistan, Kirghistan, Kazakhtan, Tajikistan, dan Azerbaijan sedangkan
Bosnia merdeka dari penjajah Yogoslavia juga tahun 1992 M.
Setelah negara-negara yang berpenduduk mayoritas umat Islam tersebut
memperoleh kemerdekaan, maka umat Islam bersama-sama dengan pemerintah
negaranya melakukan usaha-usaha pembangunan dalam berbagai bidang, demi
terwujudnya masyarakat bangsa yang adil dan makmur di bawah naungan rida Allah
SWT.
B.
Perkembangan
Ajaran Islam pada Masa modern
Menjelang dan pada awal-awal masa pembaharuan yaitu sebelum dan sesudah
tahun 1800 M, umat Islam di berbagai negara, telah menyimpang dari ajaran Islam
yang bersumber kepada Al-Qur’an dan Hadis. Penyimpangan itu terdapat
dalam hal :
ü Ajaran Islam tentang ketauhidan telah bercampur dengan kemusyrikan. Hal ini
ditandai dengan banyaknya umat Islam yang selain menyembah Allah SWT juga
memuja makam yang dianggap keramat dan meminta tolong dalam urusan gaib kepada
dukun-dukun dan orang-orang yang dianggap sakti. Selain itu, ada juga kelompok
umat Islam yang meng kultuskan dan beranggapan bahwa sultan adalah orang suci
yang segala perintahnya harus ditaati.
ü Adanya kelompok umat Islam, yang
selama hidup di dunia ini, hanya mementingkan urusan akhirat dan meninggalkan
dunia. Mereka beranggapan hahwa memiliki harta benda yang banyak, kedudukan
yang tinggi dan ilmu pengetahuan tentang dunia adalah tidak perlu, karena hidup
di dunia ini hanya sebentar dan sementara, sedangkan hidup di akhirat bersifat
kekal dan abadi. Selain itu, banyak umat Islam yang menganut paham fatalisme,
yaitu paham yang mengharuskan berserah diri kepada nasib dan tidak perlu
berikhtiar, karena hidup manusia dikuasai dan ditentukan oleh nasib.
Penvimpangan-penyimpangan umat Islam terhadap ajaran agamanya seperti
tersebut, mendorong lahirnya para tokoh pembaharu, yang berusaha menyadarkan
urnat Islam agar kembali kepada ajaran Islam yang benar, yang bersumber kepada
Al-Quran dan As-Sunnah (Hadis). Tokoh-tokoh pembaharu yang dimaksud antara lain:
1. Muhammad bin Abdul Wahhab lahir di Nejd (Arab Saudi) pada tahun 1115 H
(1703 M) dan wafat di Daryah tahun 1201 H (1787 M). Muhammad bin Abdul Wahhab
adalah seorang ulama besar yang produktif, karena buku-buku karangannya tentang
Islam, mencapai puluhan judul. Di antara buku bukunya berjudul “Kitab
At-Tauhid” yang isinya antara lain tentang pemberantasan syirik, khurafat,
takhayul, dan bid’ah yang terdapat di kalangan umat Islam dan mengajak
umat Islam agar kembali kepada ajaran tauhid yang murni. Para pengikut Muhammad
bin Abdul Wahhab, menamakan kelompoknya dengan “A1-Muwahhidun” atau
“Al-Muslimun”, yang artinya kelompok yang berusaha mengesakan Allah SWT
semurni-murninya. Gerakan pemurnian ajaran Islam yang dilakukan oleh para
pengikut Muhammad bin Abdul Wahhah ini, dinamakan juga gerakan “Wahabi”.
2. Rifa’ah Badawi Rafi’ At-Tahtawi, atau At-Tahtawi,
lahir di Tahta pada tahun 1801 M dan meninggal di Mesir. Pemikirannya yang
berkaitan dengan ajaran Islam, antara lain, beliau menyerukan agar umat Islam
dalam hidup di dunia ini tidak hanya mementingkan urusan akhirat, tetapi juga
harus mementingkan urusan dunia, agar umat Islam tidak dijajah oleh hangsa
lain.
3. Jamahiddin Al-Afghani, lahir di Asadabad tahun 1838 M dan wafat di Istanbul rahun 1897 M. Di
antara pemhaharuan pemikiran yang dimunculkan beliau adalah :
o Agar kejayaan umat Islam dapat diraih kembali dan mampu menghadapi dunia
modern, umat Islam harus kembali kepada ajaran agamanya yang murni dan harus
memahami Islam dengan rasio dan kebebasan.
o Jamaluddin menginginkan agar kaum wanira juga meraih kemajuan dan bekerja
sama dengan pria untuk mewujudkan masyarakat Islam yang dinamis dan maju.
o Kepemimpinan otokrasi hendaknya diubah menjadi demokrasi Menurut
pendapatnya Islam menghendaki pemerintahan republik yang di dalamnya terdapat
kebebasan mengemukakan pendapat dan kewajiban negara untuk tunduk kepada undang
undang.
o Ajarannya tentang
Pan-Islamisme yakni persatuan dan kerjasama seluruh umat Islam harus
diwujudkan. Karena persatuan dan kerja sama seluruh umat Islam sangat penting dan di
atas segalanya.
Selain tokoh-tokoh pembaharuan tersebut, masih banyak lagi tokoh-tokoh
pembaharuan lainnya, seperti Muhammad Abduh di Mesir (1849-1905 M), Muhammad
Rasyid Ridla (1865-1935 M), Sayid Ahmad Khan di India (1817- 1898 M), dan
Muhammad Iqbal di Pakistan (1876-1938 M).
Pada masa pembaharuan jumlah penduduk beragama Islam berkembang terus ke
seluruh pelosok dunia. Penduduk Muslim terbanyak terdapat di Benua Asia dan
Afrika. Mengacu kepada data penduduk tahun 1991 M, negara-negara yang penduduk
Muslimnya lebih dan 90 % adalah Mauritania, Sahara Barat, Maroko, Aijazair,
Tunisia, Libia, Mesir, Somalia, Turki, Irak, Yordania, Arab Saudi, Yaman, Oman,
Qatar, Bahrain, Iran, Afghanistan, dan Pakistan.
Sedangkan negara-negara yang jum!ah umat Islamnya mencapai 50—90 % adalah
Tanzania (Afrika), Turkemenistan, Uzbekistan, Kirghistan, Tajikistan (Rusia),
Bangladesh, Malaysia, Singapura, Indonesia, Brunei, dan Kepulauan Mindanou di
Filipina. Negara-negara yang umat Islamnya 10—50 % antara lain seperti Guinea (Afrika),
Albania, Suriah, India, Gina, dan Myanmar.
Untuk mengikat negara-negara Islam di seluruh dunia, pada bulan Zulhijjah
tahun 1381 H (Mei 1962), telah didirikan Rabithah Al-Alam Al-Islami (Muslim
world League atau Liga Dunia Islam) sebuah organisasi Islam internasional
non-pemerintah yang tidak berpihak kepada suatu partai atau golongan dan
mewakili umat Islam sedunia. Liga Dunia Islam ini berkantor pusat di Mekah
(Saudi Arabia), sedangkan kantor perwakilannya tersebar di seluruh dunia,
seperti Indonesia, Amerika, Kanada, Denmark, Malaysia, dan Prancis.
Di Benua Eropa dalam Conference of Islamic Cultural Centre and
Organization of Europe (Konferensi Pusat Kebudayaan dan Organisasi Islam
Eropa) di London pada bulan Mei 1973, dengan diprakarsai oleh Sekretariat Islam
di Jeddah telah didirikan Dewan Islam Eropa, yang bertujuan untuk mengorganisir
dan memajukan usaha-usaha dakwah islamiah.
C. Perkembangan Ilmu Pengetahuan
pada Masa Modern
Pada masa pembaharuan, perkembangan ilmu pengetahuan mengalami kemajuan.
Hal ini dapat dilihat di berbagai negara, seperti Turki, India, dan Mesir.
Sultan Muhammad II (1785-1839 M) dan kesultanan Turki Usmani, melakukan
berbagai usaha agar umat Islam di negaranya dapat menguasai ilmu pengetahuan
dan teknologi. Usaha-usaha tersebut seperti :
1. Melakukan modernisasi di bidang pendidikan dan pengajaran, dengan
memasukkan kurikulum pengetahuan umum kepada lembaga-lembaga pendidikan Islam
(madrasah).
2. Mendirikan Lembaga Pendidikan “Mektebi Ma’arif’, untuk mencetak
tenaga-tenaga ahli di bidang administrasi, juga membangun lembaga “Mektebi
Ulumi Edebiyet,” untuk menyediakan tenaga-tenaga ahli di bidang penterjemah.
3.
Mendirikan
perguruan-perguruan tinggi di bidang kedokteran, militer, dan teknologi.
Setelah kesultanan Turki dihapuskan pada tanggal 1 November 1923 M, dan
Turki diproklamirkan sebagai negara berbentuk Republik dengan Presiden
pertamanya Mustafa Kemal At-Turk, pendiri Turki Modern (1881-1938M), maka
kemajuan Turki di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi terus meningkat. Di
India ketika masih dijajah Inggris, telah bermunculan para cendekiawan Muslim
berpikiran modern, yang melakukan usaha-usaha agar umat Islam mampu menguasai
ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga dapat melepaskan diri dari belenggu
penjajah. Para cendekiawan Muslim dimaksud, seperti Syah Waliyullah (1703-1762
M), Sayid Ahmad Khan (1817-1898 M), Sayid Amir Ali (1849-1928), Muhammad Iqbal
(1873-1938 M), Muhammad Ali Jinnah (1876-1948 M), dan Abdul Kalam Azad
(1888-1956 M).
Di antara cendekiawan Muslim tersebut, yang besar jasanya terhadap umat
Islam di India adalah Sayid Ahmad Khan.
Setelah India dan Pakistan merdeka dari Inggris pada tahun 1947 M, umat
Islam terbagi dua, ada yang masuk ke Republik Islam Pakistan dan ada juga yang
tetap di India ± 40 juta jiwa. Umat Islam di kedua negara tersebut terus
berusaha meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi, agar kualitas hidup
mereka meningkat ke arah yang lebih maju.
Pada masa pembaharuan, terutama setelah ekspansi Napoleon ke Mesir (1798
M), umat Islam Mesir, khususnya para penguasa dan kaum cendekiawannya menyadari
akan keterbelakangan mereka dalam urusan dunia jika dibandingkan dengan
bangsa-bangsa Eropa. Oleh karena itu, mereka melakukan berbagai usaha agar
menguasai berbagai ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah dimiliki oleh
bangsa-bangsa Eropa.
Muhammad Ali, penguasa Mesir tahun 1805-1849 M, mengirim para mahasiswa
untuk mempelajari ilmu pengetahuan dan teknologi ke Prancis. Setelah kembali ke
Mesir, mereka mengajar di berbagai perguruan tinggi, terutama di Universitas
A1-Azhar. Karena yang belajar di Universitas A1-Azhar ini bukan hanya para
mahasiswa Islam dan Mesir, tetapi para mahasiswa dan berbagai negara dan
wilayah Islam, ilmu pengetahuan dan teknologi yang diajarkan di Universitas
Al-Azhar ini pun dengan cepat menyebar ke seluruh dunia Islam. Selain
Universitas Al-Azhar, di Mesir telah didirikan universitas-universitas, yang di
dalamnya terdapat berbagai fakultas seperti: Kedokteran, Farmasi, Teknik,
Pertanian, Perdagangan, Hukum, dan Sastra. Universitas-universitas dimaksud
adalah Universitas Iskandariyah di kota Iskandariyah, Universitas Ainusyams
(1950 M) di kota Kairo, Universitas Hilwan, Universitas Assiut (1957 M),
Universitas Suez (1976 M), dan Universitas Amerika yang bernama “The
American University in Cairo (AUC)”, yang didirikan bagi orang Mesir dengan
tenaga pengajar dari Amerika.
Biografi Sayid Ahmad Khan
Sayid Ahmad Khan lahir di Delhi (India), pada tanggal 17 Oktober 1817 M dan
wafat juga di Delhi tahun 1898 M. Masa mudanya dipergunakan untuk mempelajari
berbagai macam ilmu pengetahuan, yaitu ilmu pengetahuan tentang Islam, bahasa
Persia, bahasa Arab, Matematika, Mekanika, Sejarah dan berbagai cabang ilmu
pengetahuan lainnya. Atas jasa-jasanya kepada lnggris pada tahun 1869 M beliau
diberi kesempatan untuk berkunjung ke Inggris. Kesempatan itu dimanfaatkannya
untuk mengadakan penelitian tentang sistem pendidikan dan pengajaran serta
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di Inggris.
Jasa-jasa Sayid
Ahmad Khan antara lain :
o Sumbangan pemikirannya yang modern, yang menyatakan bahwa umat Islam
terbelakang, bodoh, miskin, dan dijajah, karena mereka tidak memiliki ilmu
pengetahuan dan teknologi modern yang dimiliki oleh bangsa-bangsa Eropa.
o Untuk merealisasikan idenya tersebut Sayid Ahmad Khan mendirikan
lembaga-lembaga pendidikan dan ilmu pengetahuan, seperti Sekolah Inggris di
Mudarabad tahun 1861 M, lembaga penterjemah ilmu pengetahuan modern ke dalam
bahasa Urdu yang disebut dengan nama lembaga “The Scientific Society” atau
“Translation Society” dan mendirikan sekolah Muhammaden Anglo
Oriental College (MAOC) pada tahun 1878 M, yang kemudian berkembang menjadi
“Muslim University Of Aligar”. Untuk keseragaman pendidikan bagi umat Islam
India, Sayid Ahmad Khan pada tahun 1886 M membentuk Muhammedan Educational
Conference. Sumbangan pemikiran Sayid Ahmad Khan yang bersifat politis,
beliau menyatakan bahwa umat Islam tidak mungkin bersatu dengan umat Hindu
dalam satu negara, karenanya umat Islam India harus mempunyai negara sendiri
terpisah dari umat Hindu.
D.
Perkembangan
Kebudayaan Islam pada Masa modern
Kebudayaan umat Islam pada masa pembaharuan berkembang ke arah yang lebih
maju. Hal ini dapat dipelajari di berbagai negara Islam atau negara yang
berpenduduk mayoritas umat Islam, seperti Saudi Arabia, Mesir, Irak, Iran,
Kuwait, Pakistan, Malaysia, Brunei, dan Indonesia.
1. Arsitektur
Arsitektur ada yang berfungsi melayani keagamaan, seperti masjid, makam,
madrasah dan ada pula yang berfungsi melayani kepentingan sekuler, seperti
istana, benteng, pasar, karavan serai (sejenis hotel), jalan-jalan raya,
rel-rel kereta api, dan banyak lagi lainnya.
Setelah ditemukannya ladang minyak pada tahun 1933, Saudi Arabia tidak lagi
sebagai negara miskin tetapi termasuk salah satu negara kaya. Dengan
kekayaannya yang melimpah, Saudi Arabia banyak membangun jalan raya antarkota,
jalan kereta api antara Kota Riyad dengan Kota Pelabuhan Ad-Dammam di pantai
Teluk Persia. Juga membangun Maskapai Penerbangan Internasional (Saudi Arabia
Air Lines) di Jeddah, Zahran, dan Riyad. Di bidang perhotelan telah dibangun
hotel-hotel mewah bertaraf internasional, antara lain terdapat di sekitar Masjidil
Haram Mekah dan Masjid Nabawi Madinah.
Masjidil Haram artinya masjid yang dihormati atau dimuliakan. Masjid ini berbentuk empat
persegi terletak di tengah-tengah kota Mekah, serta merupakan masjid tertua di
dunia. Di tengah-tengah masjid itu terdapat Ka’bah, yang juga disebut Baitullah
(Rumah Allah) dan Baitul Atiq (Rumah Kemerdekaan), yang telah ditetapkan
oleh Allah SWT sebagai kiblat umat Islam di seluruh dunia dalam mengerjakan
salat. Selain itu, terdapat pula Hajar Aswad (batu hitam yang terletak
di dinding Kakbah), makam Ibrahim, Hijr Ismail, dan sumur Zamzam yang letaknya
tidak jauh dan Kakbah.
Keadaan Masjidil Haram pada masa Nabi Muhammad SAW masih hidup, dengan
keadaan Masjidil Haram sekarang ini jauh berbeda. Pada masa Nabi SAW masih
hidup, keadaan Masjidil Haram tidak begitu luas dan bersifat sederhana.
Sekarang ini, keadaan Masjidil Haram sangat luas dan merupakan bangunan yang
begitu megah dan indah. Masjidil Haram sekarang ini berlantai empat yang untuk
naik dan lantai dasar ke lantai di atasnya sudah disediakan eskalator.
Masjid Nabawi adalah sebuah masjid yang megah dan indah juga sangat luas. Kalau pada masa
Nabi Muhammad SAW luas Masjid Nabawi ± 2.500 m2 kini luasnya menjadi
± 165.000 m2 (luas seluruh kota Madinah pada masa Rasulullah SAW).
Hal ini mengakibatkan makam Nabi Muhammad SAW, Abu Bakar r.a., dan Umar bin
Khatthab r.a. yang dulu berada di luar masjid sekarang berada di dalam masjid.
Demikian juga tempat pemakaman umum (maqbarah) baqi yang dulu berada di
pinggir kota Madinah, sekarang ini berada di samping atau di pinggir halaman
masjid.
Masjid Nabawi bertambah indah dan megah dengan adanya sepuluh buah menara
yang menjulang tinggi, 95 buah pintu masjid yang lebar dan indah. juga kubah
masjid yang dapat terbuka dan tertutup.
Selain itu, pada atap Masjid Nabawi bagian belakang yaitu di atas pintu
Al-Majidi dari sebe!ah barat memanjang ke timur, telah dibangun tingkat dua
yang dimanfaatkan untuk perkantoran, perpustakaan. gudang, peralatan dan
selebihnya digunakan sebagai tempat salat, apabila jamaah di lantai bawah
terlalu padat. Perlu pula diketahui bahwa seluruh ruangan dari lantai bawah
(dasar) Masjid Nabawi sekarang ini memakai pendingin ruangan (AC).
Arsitektur yang berfungsi untuk melayani kepentingan agama dan kepentingan
sekuler, selain terdapat di Saudi Arabia, juga terdapat di negara lain,
terutama di negara berpenduduk mayoritas Islam. Misalnya di Turki sekarang ini
memiliki tidak kurang dari 62.000 masjid dan pembangunan masjid mencapai 1.500
buah per tahun. Selain itu, telah dibangun lebih dari 2.000 unit sekolah Al-Qur’an.
Di Iran ketika Dinasti Qatar berkuasa (pada tahun 1794-1925) telah dibangun
kota Teheran sebagai ibukota Iran (dibangun pada abad ke-18 M). Perkembangan
kota ini sangat pesat, terutama pada masa kekuasaan Dinasti Pahlevi
(1925-1979). Sekarang ini Teheran merupakan salah satu kota terbesar di Asia. Bangunan
arsitektur peninggalan Dinasti Qatar antara lain :
Þ Istana Niavarand, tempat kediaman Syah Muhammad Reza Pahlevi dan
keluarganya.
Þ Pekuburan Behesyti Zahra’ (bahasa Persia yang artinya Taman Zahra, putri
Rasulullah SAW). Pekuburan ini tempat dimakamkannya puluhan ribu syuhada
(pahlawan) Revolusi Islam. Di pekuburan ini juga dimakamkan pemimpin Revolusi
Islam Ayatullah Khomaeni (wafat 1989 M).
Pada masa pembaharuan di Irak, selain terdapat arsitektur yang berfungsi
melayani keagamaan, seperti masjid, madrasah, dan makam, juga terdapat
arsitektur yang berfungsi melayani kepentingan sekuler misalnya
bangunan-bangunan industri, jalan kereta api yang menghubungkan Basrah dan
Bagdad. jalan-jalan yang beraspal antarkota, dua bandara internasional di
Basrah dan Bagdad, serta dua pelabuhan internasional di Basra dan Um Al-Qasar.
2. Sastra
Pada masa pembaharuan telah bermunculan para sastrawan yang karya-karya
sastranya bersifat islami di berbagai negara, misalnya :
Þ
Seorang
sastrawan dan pemikir besar, menjelang abad ke-20 telah lahir di Pakistan
(1877-1938) yang bernama Muhammad Iqbal. Beliau telah mengungkapkan
filsafatnya dalam bentuk puisi dengan menggunakan bahasa Urdu dan Persi. Dan
karya puisinya, yang penting adalah Asrari Khudi, di samping karya filsafatnya
yang berjudul “The Reconstruction of Religious Thoughs in Islam” (kedua
buku ini sudah diterjemahkan dan diterbitkan dalam Bahasa Indonesia). Beliau juga telah menulis
beberapa prosanya dalam Bahasa Inggris dan Arab.
Þ
Mustafa Luffi
Al-Manfaluti (1876-1926) seorang sastrawan dan ulama Al-Azhar (Mesir) termasuk
pengarang cerita pendek bergaya semi klasik dan semi modern.
Þ Dr. Muhammad Husain Haekal (1888-1956) pengarang Mesir terkenal, yang telah
menulis Hayatu Muhammad (Sejarah Hidup Nabi Muhammad SAW, telah
terbit dalam terjemahan Bahasa Indonesia) adalah juga seorang sastrawan dan
dianggap perintis karya sastra modern setelah novelnya yang berjudul Zainab terbit
tahun 1914. Beliau juga banyak menulis kritik sastra dan cerita pendek.
Þ Jamil Siqdi Az-Zahawi (1863-1936)
di Irak terkenal sebagai perintis sajak modern dan seorang penyair tua yang
bernada keras dan dikenal sebagai pembela hak-hak wanita bersama-sama dengan
Ma’ruf Ar-Rasafi (1877-1945).
Þ Abdus Salam Al-Ujaili (lahir 1918)
adalah seorang sastrawan di Suriah yang juga seorang dokter medis, aktif dalam
penulisan novel dan cerita pendek.
Þ Peranan perempuan dalam perkembangan sastra modern ternyata tidak banyak.
Dari yang sedikit itu, misalnya Binti Syati’ yang sebenarnya bernama Aisyah
Abdurrahman. Beliau meraih gelar doktor dalam sastra klasik, terkenal
sebagai sastrawati, wartawati dan editor harian Al-Ahram Mesir. Selain
itu, beliau banyak menekuni Al-Qur’an, lalu menulis tafsir Al-Qur’an dari segi
sastra. Sastrawati lainnya seperti Fatwa Tawqan dan Nazek Al-Malaikah (Palestina)
serta Layla Ba’albaki (Lebanon).
3. Kaligrafi
Kata kaligrafi berasal dan Bahasa Yunani : kaligrafia atau kaligraphos.
Kallos berarti indah dan grapho berarti tulisan. Jadi, kaligrafi
berarti tulisan (aksara) indah yang mempunyai nilai estetis. Dalam Bahasa Arab
kaligrafi disebut khatt, yang dalam pengertian sehari-hari berarti
tulisan indah yang memiliki nila estetis.
Kaligrafi (khatt) merupakan satu-satunya seni Islam, yang murni
dihasilkan oleh orang Islam, berbeda dengan seni Islam lainnya seperti seni
lukis dan ragam hias yang terpengaruh unsur non-Islam.
Kaligrafi terdiri dari bermacam-macam gaya antara lain enam macam gaya yang
disebut Al-Aqlam As-Sittah (The Six Hands/Styles).
Seni kaligrafI berkembang sangat cepat ke seluruh pelosok dunia, khususnya
ke negara-negara yang penduduknya mayoritas umat Islam seperti Indonesia.
Seni kaligrafi dipakai sebagai hiasan di masjid-masjid, penyekat ruang,
hiasan dinding rumah, kotak penyimpanan perhiasan, alat-alat rumah tangga dan
lain-lain. Media yang digunakannya pun beragam yakni dan kertas, kain, kulit,
kaca, emas, perak, tembaga, kayu, dan keramik.
Perhatian umat Islam Indonesia terhadap seni kaligrafi cukup bagus. Hal in
ditandai antara lain :
ü Diadakannya
pameran lukisan kaligrafi bertaraf nasional, yakni pada acara MTQ Nasional XI
di Semarang (1979), pada Muktamar Pertama Media Massa Islam sedunia di Jakarta
(1980), pada MTQ Nasional XII di Banda Aceh (1981), dan pada pameran kaligrafi
Islam di Balai Budaya Jakarta dalam rangka menyambut tahun baru Hijriah 1405
(1984).
ü Diselenggarakannya
Musabaqah Khatt Indah Al-Quran (MKQ) dalam setiap MTQ. MKQ ini mulai diselenggarakan
pada MTQ Nasional XII di Banda Aceh (1981) dan MTQ Nasional XIII di Padang
(1983).
Subscribe to:
Posts (Atom)